seperti rintangan yang terus menerjang badan
selalu sajah aku berdiam sepi
dirongga hati yang tak aku fahami.
penatku meresapi luka kepedihan
sakit, yang kurasakan
betapa angkuhnya sang pemilik badan.
Menatap sunyi dengan kejenuhan
bagai selendang yang tertiup angin bertaburan
warna-warninya lenyap dalam kegelapan.
Laksana bumi, air, api, dan udara bertarikan
medan-medan listrik jadi bertabrakan.
Gelap mengemban polos kehidupan,
merana jiwa menelan angan....
Karaya : M Hilal Imamuddin
Kajen, Pati, Oktober 26, 2010
bener2 puitis kamu lal !
BalasHapus(From: Your friend)
wah wah.. maksih y friend...
BalasHapuswah.. keren oy...!!
BalasHapus